Di Tengah pandemi Covid-19, meluluh lantahkan aktivitas ekonomi masyarakat, terutama Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM). Diantara UMKM tersebut usaha yang paling terdampak adalah usaha kuliner. Data ini merupakan survei yang dilakukan oleh Paper.id berkolaborasi dengan SMESCO dan OK OCE untuk mengadakan survei bertajuk “Dampak Pandemi Covid-19 terhadap UMKM”.
Survei ini dilakukan secara daring dan dikirimkan kepada lebih dari 3000 UMKM yang ada di 22 provinsi di Indonesia. Berdasarkan data temuan yang ada, terdapat 78% responden mengaku mengalami penurunan omzet. Kategori terbesar pada penurunan lebih dari 20% dan terjadi hampir menimpa semua bidang usaha. Dalam data survei tersebut, terdapat tiga jenis usaha yang berdampak paling besar yaitu kuliner 43,09 persen, jasa 26,02 persen, dan fashion 13,01%.
Berdasarkan laporan yang masuk, UMKM produsen makanan dan minuman merasakan dampak paling berat bukan hanya dari penurunan omzet (terutama UMKM yang belum tersambung ke pasar online dan bergantung pada pasar offline). Banyak UMKM yang merosot omzetnya, namun UMKM di sektor kuliner masih cukup kuat untuk bertahan.
Seperti halnya yang dialami oleh Tin (57) selaku pemilik warung makan nasi rames di halaman pabrik genteng yang beralamat Mulungan Wetan, Gg. Sasonoloyo 2, RT04/RW15 Mlati, Kabupaten Sleman, Yogyakarta. Dalam analisa Alliskha Qotrun Nada dan Ignatius Soni Kurniawan Universitas Sarjanawiyata Tamansiswa menyatakan bahwa kantin milik Tin (57) mengalami kerugian yang cukup signifikan dikarenakan adanya wabah Covid-19.
“Ditengah pandemi Covid-19 saya mengalami penurunan omzet, karena sebagai kantin pabrik warung makan ini sangat berpaku pada karyawan dan karyawati pabrik yang membeli untuk kebutuhan makan dan minum. Akan tetapi, adanya kebijakan PPKM hingga pengurangan pekerja pabrik membuat pendapatan kian menurun.” jelasnya.
“Dengan adanya kebijakan PPKM tersebut membuat pemilik pabrik genteng mengurangi tenaga kerja hingga 50%. Hal ini berpengaruh dengan penjualan di warung saya.” jelasnya.
“Selama pandemi Covid-19 pendapatan yang saya peroleh hanya 35% saja itupun belum kembali modal, sedangkan saya masih memiliki satu karyawan tetap yang harus saya gaji. Dengan demikian yang hanya bisa saya lakukan adalah mengurangi masakan yang dijual dan berhadap agar pandemi Covid-19 ini akan segera berakhir.”pungkasnya.
Oleh : Alliskha Qotrun Nada
Iklan
Mau Pasang Iklan? Email: hi@dijogja.co