Indonesia telah menorehkan prestasi gemilang dalam dunia teknologi konstruksi dengan merancang dan membangun Bendungan Bribin, sebuah inovasi revolusioner dalam bidang bendungan bawah tanah. Terletak di Kabupaten Gunungkidul, Yogyakarta, proyek ini menjadikan Indonesia sebagai pelopor dalam pengembangan teknologi ini, yang belum pernah terlaksana sebelumnya di dunia.
Dalam proyek yang dimulai pada tahun 2004 ini, Bendungan Bribin menjawab tantangan serius terkait ketersediaan air di wilayah Gunungkidul. Dengan dukungan dari Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (Kementerian PUPR), serta kerja sama dengan Jerman, bendungan ini dibangun dengan menghabiskan anggaran sekitar Rp38 miliar. Hasilnya, sebuah struktur revolusioner yang tidak hanya mengandalkan teknologi konvensional, melainkan juga mengintegrasikan solusi canggih.
Salah satu ciri khas Bendungan Bribin adalah lokasinya yang berada di dalam Goa Bribin dengan kedalaman mencapai 100 meter di bawah tanah. Akses ke pintu air di dalam goa hanya dapat diakses melalui lift khusus atau elevator. Berlokasi di Desa Sindon, Kecamatan Semanu, bendungan ini menandai prestasi puncak pada tahun 2008 dan mulai memberikan manfaat bagi masyarakat sekitar sejak tahun 2009.
Yang menjadi titik terang dari proyek ini adalah penggunaan teknologi mutakhir yang membedakannya dari proyek-proyek sejenis di wilayah Yogyakarta. Biasanya, bendungan bawah tanah hanya mengandalkan teknologi konvensional, namun Bendungan Bribin merangkul kemajuan dengan menerapkan solusi yang lebih canggih. Peralatan bor, turbin, dan pompa yang digunakan dalam proyek ini merupakan hasil bantuan dari pemerintah Jerman.
Ir. Sahrial, Pejabat Pembuat Komitmen Proyek Pengembangan Air Baku Propinsi DIY, menjelaskan bahwa teknologi yang diaplikasikan di Bendungan Bribin adalah yang pertama di dunia. Ini membuka peluang untuk mengadopsi teknologi serupa dalam proyek-proyek serupa di seluruh Indonesia. Dalam hal teknis, Bendungan Bribin memanfaatkan pipa-pipa untuk mengalirkan air bawah tanah melalui sistem gravitasi, memenuhi kebutuhan masyarakat yang sering kali menghadapi masalah kekurangan air.
Melalui proyek ini, air dari Goa Bribin mampu memenuhi kebutuhan 97 ribu jiwa yang tersebar di 13 desa dan 5 kecamatan. Meskipun memiliki kapasitas debit air sekitar 800 liter per detik, hanya sekitar 10 persen dari jumlah tersebut yang dialirkan melalui sistem perpipaan. Sisa air dibiarkan mengalir untuk dimanfaatkan oleh masyarakat di bagian hilir. Selain memenuhi kebutuhan air minum, air bawah tanah ini juga dimanfaatkan untuk irigasi dan pembangkit tenaga listrik, membuktikan manfaat multifungsi dari teknologi inovatif ini.
Iklan
Mau Pasang Iklan? Email: hi@dijogja.co