Masyarakat di Gunungkidul tengah menghadapi fenomena ulat berjatuhan dari pohon jati. Tidak tanggung-tanggung, ulat-ulat tersebut bisa bergelantungan dan memenuhi berbagai permukaan, termasuk tanah, baju, mobil, bahkan rumah. Menggelikannya lagi, jumlah ulat ini sangat banyak. Fenomena ulat jati bergelantungan ini sebetulnya tidak hanya sekali terjadi, lho. Lantas apa penyebab ulat bergelantungan dan jatuh dari pohon jati tersebut?
Serangan ulat dalam jumlah banyak terdengar mengerikan sekaligus menggelikan. Namun, sejatinya fenomena ini biasa terjadi, lho. Lokasinya pun tidak hanya di Gunungkidul, tetapi juga di sejumlah daerah lain di Indonesia, termasuk Tuban. Pertanyaannya, kenapa hal tersebut terjadi? Proses bergelantungan ini merupakan bagian dari siklus hidup ulat jati alias Hyblaea puera. Setelah melewati fase telur dan ulat, serangga ini akan bersiap menjadi kepompong. Nah, pada waktu tersebut, ulat akan turun dari pohon dan mencari tempat yang aman di tanah. Larva dewasa akan turun ke tanah dan menjadi kepompong di bawah lapisan tipis serasah daun atau tanah, melansir iNaturalist. Nantinya, serangga ini akan membentuk kepompong dari sutra yang dikombinasikan dengan daun kering dan partikel tanah.
Pada dasarnya, ulat jati ini juga dikenal sebagai teak defoliator. Itu berarti serangga yang memakan daun dan tergolong penggugur, melansir USDA Forest Service. Meski terkenal sebagai ulat jati, sebetulnya ulat ini juga dijumpai di sekitar 45 spesies pohon inang lainnya, melansir studi dalam Regional Studies in Marine Science.
Selengkapnya Baca IDNTimes
Iklan
Mau Pasang Iklan? Email: hi@dijogja.co