Kombinasi Wisata dan Konservasi, Pantai Baros Jadi Pilihan Libur Edukatif. Gambar : travel.kompas.com

Kombinasi Wisata dan Konservasi, Pantai Baros Jadi Pilihan Libur Edukatif


Kombinasi Wisata dan Konservasi, Pantai Baros Jadi Pilihan Libur Edukatif. Gambar : travel.kompas.com
21 Agustus 2025 16:39
21/08/2025
75
travel.kompas.com

Kombinasi Wisata dan Konservasi, Pantai Baros Jadi Pilihan Libur Edukatif

dijogja.co -

Kawasan wisata Pantai Baros, Bantul, menyimpan potensi besar sebagai destinasi edukatif yang menggabungkan konservasi mangrove dan wisata alam seperti camping, memancing, hingga kegiatan akademik. Libur panjang akhir pekan bisa dimanfaatkan dengan berkunjung dan berpelesir ke tempat ini.

Setiyo, perwakilan komunitas pemuda-pemudi Baros menjelaskan bahwa kawasan Baros kerap menjadi tujuan kegiatan akademisi, riset, dan instansi, utamanya dalam konteks edukasi lingkungan dan perencanaan tata ruang.

Menurutnya, sebagian besar inisiatif konservasi dan wisata justru digerakkan oleh pemuda setempat dengan dana dari kas internal.

Baros sendiri telah mengembangkan camping ground sebagai bagian dari diversifikasi wisata. Fasilitas ini mulai dirintis serius sejak 2020, meski embrionya sudah ada sejak awal 2000-an. Saat ini, pengunjung bisa berkemah dengan membayar Rp10.000–Rp15.000, sementara sewa tenda berkisar Rp50.000 untuk kapasitas empat hingga enam orang.

"Namun memang fasilitas penunjang masih terbatas hanya ada sekitar 10 paket tenda, kamar mandi, penerangan, dan satu gazebo," jelasnya, Jumat (30/5/2025).

"Camping itu bonus. Tapi inti dari semuanya adalah edukasi dan konservasi mangrove. Sayangnya, infrastruktur belum siap menampung banyak tamu. Masih bersifat residential," katanya.

Area ini kerap digunakan wisatawan untuk menikmati suasana sore hari sambil bersantai menyaksikan matahari perlahan-lahan tenggelam. Dengan keberadaan sabana yang tak terlalu besar tapi cukup luas, juga menambah kesan asri dan sejuk kawasan setempat.

Hanya saja, luasan mangrove di kawasan Baros kini menyusut drastis. Dari yang sebelumnya 10 hektare, kini tersisa sekitar 5–6 hektare akibat abrasi, terutama sejak Badai Cempaka 2018 yang menggerus hingga 5 hektare lahan.

"Yang paling parah ya pas badai itu. Banyak pohon pelindung seperti waru, pandan, dan mangrove yang berumur 25 tahun tumbang karena akarnya dangkal dan tanahnya terkikis gelombang," jelas Setiyo.

Selengkapnya Baca HarianJogja

Iklan

HUT RI 80
Jasa Pembuatan Website Jogja tour Travel
Pasang Iklan Gratis

Mau Pasang Iklan? Email: hi@dijogja.co