Labuhan adalah upacara adat atau upacara tradisional Karaton Ngayogyakarta Hadiningrat (Keraton Jogja) yang dilaksanakan di Pantai Parangkusumo, kawasan laut selatan, Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY).
Sebagai informasi, istilah Labuhan berasal dari kata “labuh” yang artinya sama dengan “larung”.
Labuh atau larung adalah aktivitas membuang sesuatu ke dalam air, baik itu air sungai maupun air laut.
Upacara adat Labuhan dilakukan dengan memberi sesaji kepada roh halus yang berkuasa di suatu tempat.
Warga Jogja pasti sudah tidak asing dengan upacara adat Labuhan.
Sebab, sejak zaman Mataram Islam abad XVII (abad ke-17) sampai sekarang, upacara ini masih lestari dan selalu diadakan.
Upacara adat atau ritual Labuhan mulai dilakukan pada masa pemerintahan Panembahan Senopati.
Kala itu, ia mencoba mencari dukungan moril untuk memperkuat kedudukannya.
Dukungan tersebut diperoleh dari Kanjeng Ratu kidul atau Nyi Roro Kidul, yang dikenal sebagai makhluk halus penguasa laut selatan atau Samudra Indonesia.
Upacara adat Labuhan di Pantai Parangkusumo memang tak lepas dari sejarah tentang pertemuan Panembahan Senopati dan Ratu Kidul.
sumber:artukula.id
Singkat cerita, pada zaman dahulu, Panembahan Senopati membuat perjanjian kerjasama dengan Ratu Kidul
Inti perjanjian tersebut adalah Ratu Kidul bersedia membantu segala kesulitan Panembahan Senopati.
Sebagai imbalannya, Panembahan Senopati harus memberikan persembahan yang diwujudkan dalam bentuk upacara adat Labuhan di laut selatan.
Itulah awal mula kegiatan Labuhan menjadi tradisi Kerajaan Mataram.
Selengkapnya baca jogja.tribunnews.com
Iklan
Mau Pasang Iklan? Email: hi@dijogja.co