Sebelum Indonesia merdeka, Yogyakarta merupakan Kesultanan yang dipimpin oleh Sri Sultan Hamengku Buwono. Yogyakarta memiliki peran tersendiri dalam sejarah kemerdekaan Indonesia.
Sehari setelah kemerdekaan Indonesia, Sri Sultan Hamengkubuwono IX, yang kala itu merupakan Raja Keraton Yogyakarta, memberikan ucapan selamat kepada Indonesia. Tak hanya itu DIY juga mendukung Indonesia sebagai negara Republik.
Dukungan Yogyakarta diwujudkan dalam bentuk pernyataan bahwa mereka resmi bergabung di pemerintahan Yogyakarta.
Peran terbesar Yogyakarta bagi kemerdekaan adalah menjadi Ibu Kota Indonesia sementara. Sebagaimana dikutip dari website resmi Kraton Jogja, saat itu Belanda belum sepenuhnya menerima bahwa Indonesia telah merdeka mengadakan berbagai serangan militer. Jakarta yang saat itu menjadi ibu kota merasa terganggu, dan akhirnya memutuskan untuk memindahkan ibu kota Indonesia ke Yogyakarta secara diam-diam dengan kereta api pada 4 Januari 1946.
Walaupun hanya sementara, Yogyakarta tidak menjadi ibu kota bagi pemerintahannya saja. Dilansir dari Journal of Indonesian History, urusan kenegaraan, politik, dan militer ikut berpindah. Yogyakarta menjadi pusat pemerintahan Indonesia dan berpengaruh terhadap Revolusi Indonesia.
Yogyakarta menjadi ibu kota Indonesia selama dua periode, yakni pada 1946-1948 dan 1949-1950. Daerah Istimewa Yogyakarta bermakna penting bagi kemerdekaan karena apabila mereka tidak bersedia untuk menjadi ibu kota sementara Indonesia, Belanda dengan kolonialismenya dapat menjajah Bangsa Indonesia lagi.
Hal tersebutlah yang menyebabkan Yogyakarta memiliki keunikan tersendiri. Selain memiliki gelar “Daerah Istimewa”, Yogyakarta menjadi bagian dari Revolusi Indonesia yang terjadi pada 1945-1949.
Sumber: Kumparan
Iklan
Mau Pasang Iklan? Email: hi@dijogja.co