Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) memprediksi hari tanpa bayangan akan terjadi di seluruh wilayah di Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY). Stasiun Geofisika Yogyakarta menyebut fenomena itu bisa terlihat di semua kabupaten dan kota yang ada di darah itu.
"Ya untuk masyarakat Jogja yang ingin mengamati fenomena kulminasi utama, bisa diamati dari lima lokasi," ucap Kepala Stasiun Geofisika Yogyakarta, Setyoajie Prayoedhie saat dihubungi detikJateng, Rabu (12/10/2022).
Setyoajie menjelaskan lima lokasi itu meliputi kota Jogja, Sleman, Bantul, Wates (Kulon Progo) dan Wonosari (Gunung Kidul).
Dari lima lokasi tersebut, empat di antaranya yaitu Kota Jogja, Sleman, Bantul dan Wates bisa mengamati fenomena ini pada Kamis (13/10). Sedangkan untuk wilayah Wonosari, baru akan terjadi fenomena ini pada Jumat (14/10).
Setyoajie menjelaskan perbedaan waktu terjadinya kulminasi ini disebabkan karena perbedaan posisi delieniasi wilayah. Wonosari sendiri berada pada posisi lintang yang berbeda dengan empat lokasi lain di DIY, sehingga kulminasi baru akan terjadi sehari setelahnya.
"Karena memang posisi delienasinya beda. Untuk Wonosari lintangnya berbeda, jadi waktu pengamatannya beda juga," jelasnya.
Kamis, 13 Oktober 2022 pukul 11.24 WIB di Kota Jogja; Sleman; Bantul dan Wates, Kulon Progo.
Jumat, 14 Oktober 2022 pukul 11.23 WIB di Wonosari, Gunungkidul.
Setyoajie menerangkan selama berada di lima lokasi tersebut, maka masyarakat bisa mengamati secara langsung fenomena ini dan merasakan hari tanpa bayangan. Yang terpenting berada di area lapang dan tidak tertutup penghalang sinar, seperti misalnya pepohonan.
"Seluruh posisi bisa, selama tidak ada tutupan semisal terhalang pohon. Cuma bagi masyarakat yang ingin menikmati jangan melihat matahari secara langsung ya karena memang bisa mengakibatkan kebutuhan. Disarankan menggunakan kacamata hitam, atau media lain," ujarnya.
Kulminasi sendiri merupakan fenomena yang berkaitan erat dengan posisi Indonesia yang berada di ekuator. Setidaknya fenomena ini terjadi minimal dua kali dalam setahun.
Fenomena ini muncul ketika matahari berada tepat pada garis khatulistiwa atau titik zenit. Hal ini menyebabkan bayangan benda yang berdiri tegak tidak akan terlihat. Durasi tanpa bayangan sendiri berlangsung sekitar 30 detik sebelum dan sesudah kulminasi.
Dia menyebut dampak dari fenomena itu hanyalah hilangnya bayangan selama beberapa detik. Tidak ada dampak lainnya, termasuk penurunan suhu.
"Efeknya ya cuma itu aja (tanpa bayangan), kalau hoax-nya seperti peningkatan suhu itu tidak benar karena fenomena ini memang tidak terkait dengan itu," ungkapnya.
Sumber : detik.com
Iklan
Mau Pasang Iklan? Email: hi@dijogja.co